Prestasi olahraga Indonesia minim karena korupsi?
2
Reporter: Vincent Asido Panggabean
Prestasi olahraga Indonesia memang belum bisa terlihat kemilaunya. Di beberapa cabang olahraga prestasi olahraga kita justru terbilang melempem. Kondisi saling lempar kesalahan, seperti kurangnya pembinaan pemain, menjadi isu hangat jika ada kegagalan di salah satu cabang olahraga.
Namun, bagi seorang Jamil Mubarok, yang juga peneliti dari Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), kegagalan demi kegagalan atlet Indonesia dalam mengukir prestasi justru terbalik dengan maraknya prestasi koruptor di dana olahraga.
"Dunia olahraga itukan tidak ada pertanggung jawabannya, karena orang itu biasanya melihat dari sisi prestasi saja. Nah ini seolah-olah, prestasi yang dimanfaatkan oleh pelaku korupsi," kata Jamil Mubarok, kepada merdeka.com, Rabu (23/5).
Baginya, keterkaitan antara minimnya prestasi olahraga dengan maraknya kasus korupsi, bisa menjadi penyebab turunnya prestasi para atlet Indonesia.
"Iya itu sangat berkaitan sekali, misalnya korupsi dana untuk vitamin, atau insentif bagi para atlet yang dapat di korupsi. Termasuk alat yang harusnya dapat dibeli dengan standar internasional, tapi justru diberi standar nasional, karena itukan tidak ada yang mengaudit," jelas Jamil.
Jamil mengatakan, sebetulnya para atlet sendiri, dapat menjadi salah satu pencegah terjadinya kasus korupsi dalam anggaran.
"Banyak dari atlet-atlet kita yang tahu masalah korupsi, yang terjadi di sana. Namun permasalahannya kalau mereka memberitahu justru mereka takut akan dicabut keatletannya," terang Jamil.
Jamil menyebutkan, seharusnya para atlet bisa menjadi pemain gerilya. Bisa menjadi sumber informasi adanya dugaan korupsi, tapi memang bukan sebagai pelapor.
"Takutnya, karena pelaporan itu dia bisa dicabut dan kalau ini terjadi, kita juga yang rugi. Tapi tentunya, ini harus menjadi peran dari atlet terhadap informasi. Kan kasihan, mereka sudah berjuang betul-betul tapi insentifnya dipotong-potong," pungkasnya.
Namun, bagi seorang Jamil Mubarok, yang juga peneliti dari Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), kegagalan demi kegagalan atlet Indonesia dalam mengukir prestasi justru terbalik dengan maraknya prestasi koruptor di dana olahraga.
"Dunia olahraga itukan tidak ada pertanggung jawabannya, karena orang itu biasanya melihat dari sisi prestasi saja. Nah ini seolah-olah, prestasi yang dimanfaatkan oleh pelaku korupsi," kata Jamil Mubarok, kepada merdeka.com, Rabu (23/5).
Baginya, keterkaitan antara minimnya prestasi olahraga dengan maraknya kasus korupsi, bisa menjadi penyebab turunnya prestasi para atlet Indonesia.
"Iya itu sangat berkaitan sekali, misalnya korupsi dana untuk vitamin, atau insentif bagi para atlet yang dapat di korupsi. Termasuk alat yang harusnya dapat dibeli dengan standar internasional, tapi justru diberi standar nasional, karena itukan tidak ada yang mengaudit," jelas Jamil.
Jamil mengatakan, sebetulnya para atlet sendiri, dapat menjadi salah satu pencegah terjadinya kasus korupsi dalam anggaran.
"Banyak dari atlet-atlet kita yang tahu masalah korupsi, yang terjadi di sana. Namun permasalahannya kalau mereka memberitahu justru mereka takut akan dicabut keatletannya," terang Jamil.
Jamil menyebutkan, seharusnya para atlet bisa menjadi pemain gerilya. Bisa menjadi sumber informasi adanya dugaan korupsi, tapi memang bukan sebagai pelapor.
"Takutnya, karena pelaporan itu dia bisa dicabut dan kalau ini terjadi, kita juga yang rugi. Tapi tentunya, ini harus menjadi peran dari atlet terhadap informasi. Kan kasihan, mereka sudah berjuang betul-betul tapi insentifnya dipotong-potong," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar